Mati mendadak saat olahraga lebih banyak terjadi pada laki-laki

Serangan jantung bisa datang kapan saja bagi yang memiliki faktor risiko, apalagi saat melakukan aktivitas fisik yang berat seperti olahraga. Siapa pun bisa kena, tapi penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih rentan mengalaminya.

"Risiko kematian mendadak saat olahraga secara dramatis lebih rendah pada perempuan dibandingkan pada laki-laki," kata Dr Eloi Marijon, peneliti dari Universite Paris Descartes, seperti dikutip dari Health Day, Kamis (15/8/2013).

Dalam penelitiannya, Dr Marijon mengamati 800 kasus kematian mendadak yang terjadi saat olahraga di Prancis antara tahun 2005 hingga 2010. Dari seluruh kasus, cuma ada 5 kasus yang melibatkan pasien perempuan. Usia rata-rata para perempuan adalah 44 tahun, sementara pada laki-laki 46 tahun.

Dari hasil pengamatan, Dr Marijon menyimpulkan bahwa risiko kematian mendadak saat olahraga pada perempuan adalah sebesar 0,51 kasus tiap 1 juta partisipan olahraga. Pada laki-laki, risikonya jauh lebih tinggi yakni 10,1 kasus tiap 1 juta partisipan olahraga.

Meski demikian, penelitian ini tidak mengungkap lebih jauh mengapa laki-laki lebih rentan mengalami serangan jantung yang berujung pada kematian saat berolahraga. Apakah berhubungan dengan cara berolahraga atau faktor lain, masih butuh penelitian lebih lanjut untuk mengungkapnya.

Temuan lain dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara faktor penuaan dengan peningkatan risiko kematian mendadak saat olahraga. Namun hubungan tersebut cuma ditemukan pada laki-laki, sedangkan pada perempuan tidak terlalu tampak hubungannya.

Aktivitas fisik dengan intensitas berat memang tidak boleh dilakukan sembarangan bagi yang memiliki riwayat gangguan jantung. Bukan cuma olahraga, bahkan berhubungan seks sekalipun bisa memicu kematian mendadak jika dilakukan sembarangan pada kelompok tersebut.

Sumber: Detik

Comments

Popular posts from this blog

Deteksi dini benjolan di payudara

Cara menghitung denyut nadi secara manual

Waspada, konsumsi obat berakibat masalah seksual