Deteksi dini benjolan di payudara

Wanita muda di usia produktif rawan terkena benjolan pada payudara, namun Anda tidak perlu cemas. Benjolan di payudara mungkin bukanlah kanker payudara, momok yang paling menakutkan bagi setiap orang.

Sejauh ini, kanker payudara menempati posisi kedua dengan insiden sebesar 2181 kasus baru per tahun atau menempati 21% dari seluruh penderita kanker di Indonesia berdasarkan data Patologi Anatomi Indonesia 2006. Jumlah ini membengkak karena pasien yang datang untuk berobat ke dokter sudah pada stadium lanjut. Minimnya informasi yang diterima dan rasa malu membuat seorang wanita mengabaikan gejala awal kanker payudara.

Padahal, dengan penanganan secara dini, kanker payudara bisa disembuhkan. “Benjolan di payudara bukan menjadi petaka bagi seorang wanita. Bila ditangani sejak dini dan menjalani pengobatan, maka diagnosa akan lebih cepat diketahui,” kata Angela Giselvania, spesialis onkologi di RS Gading Pluit pada acara yang seminar bertajuk “Mengenali, Mengatasi, dan Mencegah Benjolan di Payudara” di RS Gading Pluit, Sabtu (24/8).

Menurut Angela, sekitar 15% pasien dengan hasil diagnosa positif kanker payudara dan sisanya tumor jinak yang bila cepat tertangani tidak membahayakan. Namun bila terlambat ditangani, benjolan tersebut mudah menjalar dan 70% pasien yang mengalami benjolan sudah dalam stadium lanjut. “Tumor, menurut dia, bisa merupakan cikal-bakal kanker, bergantung pada sifatnya. Tumor memiliki dua karakteristik sifat, yaitu ganas dan jinak. Tidak semua tumor menjadi kanker. Hanya tumor ganas yang menjadi kanker,” ujarnya dalam presentasi.

Gerakan SADARI dapat dilakukan saat mandi ketika di depan cermin di daerah dekat puting hingga bawah ketiak selama 10 menit. Tindakan ini sangat penting karena hampir 85% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri.

Sumber: Okezone

Comments

Popular posts from this blog

Cara menghitung denyut nadi secara manual

Ini dia Tips Sederhana Membuat Telur dadar yang Lebih Lezat dan Enak untuk disantap!

1 dari 4 perempuan tua Indonesia osteoporosis